Kabar baik itu datang dari Credit Suisse. Laporan Kekayaan Dunia tahun 2012 yang baru saja dikeluarkan lembaga itu menyebut Indonesia akan mengalami pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB, hingga 82 persen dalam kurun lima tahun mendatang.
Pertumbuhan orang kaya di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Tahun 2017 jumlah orang kaya Indonesia dengan aset sekitar Rp 10 milyar akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi sekitar 207 ribu orang.


Faktanya, Ekonomi Indonesia memang tumbuh mengesankan. Pada saat dunia dihantam krisis, pertumbuhan ekonomi kita justru naik menjadi 6,5 persen. Tahun depan, Indonesia diprediksi masuk jajaran 15 negara dengan PDB diatas satu trilyun dollar.

Bahkan, lembaga pemeringkat ekonomi Fitch percaya bahwa akhir tahun depan, Indonesia yang selama ini dikenal sebagai negara penghutang, bisa menjadi negara pemberi hutang.

Itu kabar baik. Kabar buruk datang dari dunia pendidikan.

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD bulan lalu mengeluarkan laporan tentang masalah serius dalam dunia pendidikan Indonesia.

Lembaga itu menyebut, Universitas di Indonesia gagal mengimbangi booming ekonomi. Tak ada satupun, dari 92 Perguruan Tinggi Negeri atau 3.000 Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, yang masuk ranking 400 perguruan tinggi terbaik dunia, versi lembaga pemeringkat terpercaya: Times Higher Education.

“Lulusan Universitas di Indonesia kurang memiliki keterampilan” kata laporan OECD sambil mengutip Survey Bank Dunia, yang menyimpulkan bahwa kesenjangan antara kemampuan analisis, teknis dan prilaku, mengakibatkan 20 hingga 25 persen lulusan Universitas di Indonesia, masih membutuhkan pelatihan sebelum siap masuk ke pasar tenaga kerja.

Inilah persoalan serius kita ke depan: ekonomi yang sedang tumbuh membutuhkan tenaga ahli, yang ironisnya tidak mampu dipenuhi oleh dunia pendidikan.

Booming ekonomi kini terancam bom waktu bernama pendidikan.

 
Nada Ekanova Atasya © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top